Jumat, 09 Oktober 2009

Bisnis Sabut Kelapa


Sedikit saya ingin berbagi cerita,..

Sekitar bulan April tahun 2006, saya didatangi oleh pengusaha asal Korea. Ia menawarkan pada saya, apakah bisa mensupply sabut kelapa ke negaranya?...kontan saja saya bilang sanggup (saat itu saya berpikir bahwa ini kesempatan emas). Tak lama kemudian saya disodori spesifikasi produk yang ia inginkan, harga per tonase dan jumlah tonase yang akan dibeli.
Sekedar diketahui saja, bahwa sabut kelapa itu akan ia buat sebagai media tanam di Korea.

Korea membutuhkan 5,000 ton tiap tahunnya untuk memenuhi permntaan di negaranya. Terus terang saya tergiur dengan Penawaran pembeli dari negeri Ginseng itu di satu sisi saya sebenarnya masih buta mengenai seluk beluk tentang tata niaga per-kelapaan di Indonesia. Karena memang pada waktu itu saya tidak melakoni Agrobisnis khususnya Kelapa.

2 hari kemudian,...saya kontak kawan saya asal Manado-Sulut, dan membicarakan peluang bisnis sabut kelapa yang akan di ekspor tersebut. Kawan saya bilang, bahwa Sulawesi adalah pusatnya petani kelapa dan ia sanggup untuk mengantarkan saya kepada sentra sentra produksi Kopra di sana otomatis disana pasti banyak di jumpai sabut kelapa. Umumnya sabut kelapa tidak dipakai sama sekali alias di buang begitu saja,..seandainya berguna itu pun di jadikan bahwan bakar oleh si petani Kopra, atau di jual kepada pengrajin keset atau tambang itupun dengan jumlah yang sangat sedikit.

Singkat cerita, spesifikasi yang saya ajukan kepada Buyer tidak masuk dalam standar produk yang ia inginkan. Beberapa kali saya coba mengirimkan sample, namun tidak juga membuahkan hasil. Pengalaman itu merupakan awal pembelajaran bagi saya untuk menekuni bisnis dalam dunia Agro khususnya Kelapa dan turunannya.

Sudah bukan rahasia umum lagi, bahwa kelapa merupakan tanaman yang mulai dari ujung daun sampai kepada akarnya berguna. Banyak diantara kita sebenarnya "buta" terhadap potensi yang bisa kita buat terhadap buah kelapa. Dari sabutnya saja, kita bisa buat beberapa diversifikasi produk, yang antara lain; Cocotail (tali tambang), Cocofiber, Cocopeat (media tanam sebagai penahan air), Cococoir, Cocopot, Cocomesh (jaring), dan masih banyak lagi. Dalam istilah lain bisa disebut Coir Peat, Coir Husk Chips, Grow Bags, Coir Fiber, Coir Needled Felt, Coir Composites, Coir Garden Articles, Coir Geo Textiles, Coir Ecolawn, Coir/ Coco Logs or Geo Rolls, Coir Wall Garden.

Sebagai info, sepengetahuan saya Lampung adalah daerah terbanyak yang sudah melakukan ekspor khususnya ke negeri china. Setidaknya 4,600 ton tiap bulannya di ekspor ke negri tirai bambu. Dengan transaksi setiap ton antara US $ 96.2, dan itu telah berlangsung selama 2 tahun (http://matanews.com/2009/09/13/lampung-ekspor-sabut-kelapa). Begitu juga dengan daerah Kulonprogo, Banjarnegara, Kebumen mereka beromba-lomba membuat produk sabut kelapa sesuai dengan permintaan pembeli.

Sekarang ini, mungkin di wilayah sikitar anda banyak orang yang begitu saja membuang sabut kelapa. Mereka tidak menyadari bahwa Sabut itu sebenarnya adalah emas yang terpendam. Malah ada di beberapa daerah, mereka rela mengeluarkan uang hanya sekedar meminta jasa orang lain untuk membuang sabut kelapanya. Karena apa mereka begitu? karena mereka tidak tahu dan tidak mengerti.

Saat ini, saya pun sedang mempersiapkan segala sesuatunya untuk memproduksi sabut kelapa sehingga lebih bernilai. Insyaallah bulan depan sudah bisa running, untuk masalah pemasaran sudah ada beberapa pengusaha yang sudah menjalin komunikasi yang intensif.
Bagi kawan-kawan yang ingin tahu lebih tentang bisnis ini, sebisa mungkin akan saya bantu.

Target saya adalah bagaimana kita menjual Bahan Jadi (lokal maupun ekspor) sehingga akan ada nilai tambah dari sekedar menjual Bahan Setengah Jadi/ bahan Baku saja.
Saya yakin, pengusaha Indonesia bisa untuk itu. Semua itu tergantung pada kita, pada cara berpikir kita.

Meminjam pepatah dari Gerakan Saemoul Undong-Korsel :
" Dua tangan itu lebih baik daripada satu tangan "



Rizal NF Sulaeman